Kami Tetap Memanggilmu Toni, Pak Menteri

Kontributor Tulisan  : Muhammad Irfan Kusnandar
Kontributor Foto       : Dede Rahman

newsukabumi.id-Tepat pukul 21.28 WIB, Presiden RI ke-8 yang baru saja dilantik pada Ahad pagi, 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto, memanggil sebuah nama: Raja Juli Antoni. Entah mengapa, tiba-tiba berbagai perasaan menyelinap. Ada degup jantung berdebar lebih kencang. Sambil terus menonton pengumuman menteri Kabinet Merah Putih itu, pikiranku menjelajah ke masa silam.

Ya, aku mengenal Toni, begitu Raja Juli Antoni dipanggil, sejak tahun 1989. Kami dipertemukan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Jawa Barat. Kami menjadi bagian dari 60 santri yang saat itu diterima di angkatan ke-12.

Tentu saja sebagian besar santri berasal dari Garut. Sebagian lain datang dari Bandung. Dan ada lebih dari lima orang berasal dari Jakarta. Sebagian lain dari Karawang, Sukabumi dan Tasikmalaya.

Dan Toni termasuk salah satu santri yang datang dari jauh, dari Riau. Selain Toni, ada juga saudara kembar Dede Firmansyah dan Didi Winarsyah. Ada juga yang dari Palembang yaitu Abrar. Dua orang datang dari Pontianak: Muhammad Yusmayadi dan Hidayat Oceander Festari Rosaldi. Dan seorang dari Nusa Tenggara Barat yakni Thoriq Husein Alqadri.

Tahun pertama di pesantren menjadi hari-hari yang berat bagi mereka yang datang dari luar pulau Jawa itu. Sebab utamanya karena mereka harus belajar berbahasa Sunda, bahasa utama yang digunakan dalam segala aktifitas keseharian bersama teman-teman. Dan Toni termasuk yang semangat untuk belajar bahasa Sunda. Tak butuh waktu lama bagi Toni untuk bisa beradaptasi dengan santri-santri lain dengan berkomunikasi bahasa Sunda.

Kemampuan Toni bisa berkomunikasi bahasa Sunda dengan cepat juga berkat adanya kakak kandungnya bernama Raja Jeldi. Toni dan Jeldi terpaut empat angkatan. Saat Toni kelas satu, Raja Jeldi sudah duduk di kelas lima atau kelas dua aliyah.

Raja Jeldi sepertinya lebih dari sekedar kakak bagi Toni. Ia menjadi mentor dalam meniti perjalanan karir politiknya di kemudian hari. Intensitas hubungan keduanya semakin tergali ketika Toni mengikuti jejak Jeldi kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta dan ngekos bareng kakaknya itu.

Enam Tahun Mondok

Di tahun pertama mondok, layaknya santri-santri lain, sosok Toni terbilang biasa-biasa saja. Tak terlihat sesuatu bakat atau kemampuan yang menonjol dibanding yang lain. Dalam urusan olah raga, Toni termasuk kemaruk karena menyukai banyak hal. Ia suka sepakbola, taekwondo, tenis meja maupun basket. Dalam basket ia termasuk dalam jajaran grup A jika bertanding melawan sekolah lain. Grup A ini diisi oleh pemain inti. Di grup A, Toni bermain bersama Wildan Alfarisi, juga Fahrurozi.

Raja Juli Antoni (kedua dari kiri) saat bersiap adu basket bersama tim inti

 

Raja Juli Antoni (paling kiri) salah satu andalan basket tim inti angkatan 12

Dalam proses pembelajaran di kelas, sosok Toni kerap mengundang perhatian dari teman-teman karena aktif mengajukan pertanyaan. Kerapkali pertanyaannya ditimpali ketawa cekikikan teman-teman. Namun tanpa baper, Toni terus mengajukan sejumlah pertanyaan, bahkan sesekali berpendapat dan berargumentasi sebagaimana diminta oleh guru.

Keberaniannya berargumen atau berdebat tak hanya ditunjukkan dengan rekan-rekan seangkatan tapi juga dilakukan saat berhadapan dengan santri senior. Dalam menyatakan pendapatnya itu, Toni kerap membumbuinya dengan bahasa ilmiah atau istilah asing. Keberaniannya dalam bergumentasi inilah sepertinya yang menjadi kekuatan dan kelebihan Toni dibanding yang lain.

Usai menempuh pendidikan tingkat SMP atau tsanawiyah selama 3 tahun, Toni termasuk yang meneruskan SMA di Darul Arqam. Saat di SMA inilah kemampuan leadershipnya mulai terlihat. Di awal-awal masa pembelajaran jenjang SMA, Toni ditunjuk menjadi ketua delegasi kelas dalam acara studi banding ke sebuah pesantren di Pameungpeuk. Tanpa ragu, Toni menerima penunjukan itu. Kami pun berangkat studi banding dengan dipimpin dan dikomandoi oleh Toni. Inilah awal Toni menjadi “pemimpin” angkatan kelas.

Kemampuannya dalam berkomunikasi dan konsolidasi kerap ditunjukan dalam mengawal serangkaian kegiatan yang dilakukan. Acara itu pun berjalan sukses. Semua merasa puas, termasuk pembina kelas yang turut memantau jalannya acara.

Kemampuan dan kecakapan leadershipnya semakin terasah saat dia terpilih menjadi ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ranting Darul Arqam. IPM ini setara dengan OSIS jika di sekolah umum. Saat itu Toni sudah duduk di bangku kelas dua aliyah, kami menyebutnya kelas lima. Menjadi ketua IPM berarti Toni menjadi orang nomor satu di antara santri-santri pondok.

Raja Juli Antoni bersama para pengurus IPM Ranting Darul Arqam periode 1993-1994

Dengan membawahi dua jenjang pendidikan, yakni SMP (tsanawiyah) dan SMA (aliyah), Toni mampu menjalankan tugas dan roda organisasi di periode 1993-1994 itu dengan baik. Sejumlah program dan acara, baik yang rutin dilakukan organisasi maupun yang baru, banyak diselenggarakan di bawah kepemimpinannya.

Periode Ciputat

Usai mengenyam pendidikan selama enam tahun di Pondok Pesantren Darul Arqam, Toni dengan mantap melanjutkan pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta -sekarang menjadi UIN Syarif Hidayatullah- masuk wilayah Tangerang Selatan, Banten. Di sinilah semangatnya dalam berorganisasi semakin menyala. Di periode inilah bakat organisasinya mendapatkan tempat.

Ia memaksimalkan semua peluang yang ada saat kuliah itu. Langkah pertama, ia aktif di kepengurusan pusat IPM hingga jadi sekretaris umum, lalu menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2000-2002.

Dan perjalanan karir politik dan organisasi seorang Raja Juli Antoni pun akhirnya dimulai. Saat dirinya menjadi Ketua Umum PP IPM, saat itu yang menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah adalah Buya Syafi’i Maarif. Mungkin karena sama-sama orang perantauan -Buya orang Padang dan Toni orang Pekanbaru- terjalinlah persahabatan yang akrab di antara mereka.

Perjalanan organisasi Toni terhenti saat tahun 2004 ia mendapatkan beasiswa Chevening Award guna menempuh pendidikan master di The Department of Peace Studies, Universitas Bradford, Inggris. Tapi persahabatannya dengan Buya Syafi’i justru semakin kental.

Sepulang dari Inggris, Toni dipercaya oleh Buya Syafi’i Maarif untuk memimpin Maarif Institute for Culture and Humanity, sebuah lembaga pemikiran dan advokasi untuk mewujudkan praksis Islam yang egaliter, non-diskriminasi, toleran dan inklusif.

Pertemuannya dengan Buya Syafi’i Maarif menjadi salah satu penentu kesuksesannya dalam meniti karir politik. Melalui Buyalah Toni belajar banyak hal termasuk politik. Dan tidaklah berlebihan jika dikatakan Buya Syafi’i Maarif merupakan salah satu pemilik saham dari kesuksesan seorang Raja Juli Antoni.

Dan dalam perjalanan karir politiknya, Toni memulai dengan menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada Pileg 2009 ia ikut kontestasi merebut kursi DPR dan mendapatkan tiket untuk bertarung di Dapil Jabar IX (Kabupaten Subang, Sumedang dan Majalengka). Saat itu, dewi fortuna belum berpihak padanya.

Karir politiknya mulai mendapatkan tempat saat didapuk jadi Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang didirikan pada 20 November 2014. Partai ini mengusung nilai-nilai progresif, inklusif dan mengedepankan solidaritas sosial. Sejak itulah, nama Raja Juli Antoni mulai dikenal luas sebagai politisi.

Menjadi Menteri

Sebagai partai yang mendukung Presiden Jokowi, PSI mendapat tempat dalam Kabinet Indonesia Maju. Dan Toni, sebagai salah satu pentolan PSI, akhirnya kebagian jatah mendapatkan posisi Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang pada 15 Juni 2022. Dan pada 3 Juni 2024, ia ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dan kini, nama Raja Juli Antoni menjadi salah satu pembantu Presiden Prabowo Subianto di Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. Toni didaulat menjadi Menteri Kehutanan RI. Di era pemerintahan Jokowi selama dua periode, Kementerian Kehutanan ini digabungkan dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Karenanya, Toni menjadi Menhut RI pertama setelah vakum selama 10 tahun.

Dan seabrek persoalan hutan tanah air menanti peran penting Toni. Di tangan Tonilah kondisi hutan Indonesia menanti perbaikan dan perhatian serius guna memastikan keberlanjutan ekosistem dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Toni dituntut mampu membereskan hutan Indonesia yang terus mengalami penurunan luas lahan akibat penebangan hutan yang tidak terencana (deforestasi), penebangan kayu secara ilegal, kebakaran hutan, konversi lahan untuk pertanian dan perkebunan serta urbanisasi.

Toni juga harus mampu mengangkat kualitas hutan yang menurun karena mengalami degradasi sehingga mengurangi fungsi ekologisnya seperti kemampuan menyimpan karbon dan mendukung keanekaragaman hayati.

Belum lagi tuntutan untuk mampu membereskan konflik antara masyarakat lokal, perusahaan dan pemerintah terkait hak atas tanah dan pengelolaan sumber daya hutan. Pada intinya, harapan besarnya adalah Toni harus mampu dan berani mengeluarkan berbagai kebijakan guna melindungi hutan.

Penutup

Ada banyak yang bangga malam ini saat mendengar nama Raja Juli Antoni disebut Presiden Prabowo sebagai salah satu menterinya. Kebanggaan itu menyeruak karena kawan sewaktu kecil itu telah tumbuh dan bermetamorfosa begitu jauh. Ia telah duduk di sebuah maqam yang bagi sebagian besar dari kami di angkatan ke-12 Darul Arqam bahkan tak mampu membayangkannya.

Suasana saat mondok di Darul Arqam.

Sebagai abituren Darul Arqam, Raja Juli Antoni telah mencatatkan namanya begitu indah sebagai satu-satunya abituren yang menjabat menteri. Dan Toni adalah menteri pertama yang disuguhkan Darul Arqam bagi bangsa ini. Di alam sana, almarhum Kiai Moh. Miskun Asyatibi pasti ikut bangga dengan apa yang telah dicapai Toni.

Raja Juli Antoni bersama Kiai Moh. Miskun Asyatibi saat prosesi perpisahan

Hingga tahun 2024, Darul Arqam telah menghasilkan lulusan (abituren) sebanyak 46 angkatan. Ada sejumlah nama abituren yang cukup bersinar hingga level nasional. Selain Raja Juli Antoni, ada juga Ustaz Adi Hidayat atau UAH yang dikenal sebagai seorang dai, ustaz, hafiz serta ulama Alquran dan Hadis. Adi Hidayat merupakan angkatan ke-20. Lalu ada Hilman Latief yang menjabat Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia. Hilman Latief merupakan alumni angkatan ke-11 Pesantren Darul Arqam.

Dan di ujung pergantian hari di Ahad malam pada 20 Oktober 2024 ini, ijinkan kami, angkatan ke-12 Pesantren Darul Arqam, mendoakan keberhasilanmu itu, Ton. Ya Allah nu ngagaduhan langit sareng bumi sarta eusi di antara kaduana. Tetep teguhkeun Iman sinareng Islam dina diri Raja Juli Antoni. Mudahkeun sagala rupi niat sae, rencana sae, tekad sae sareng itikad sae anjeunna. Limpahi anjeunna kasehatan lahir sinareng batin dina mancen tugas salaku Menteri Kehutanan. Lindungi anjeunna tina sagala rupi gogoda, cocoba oge marabahaya nu disebabkeun tina niat jahat jalmi-jalmi jahat. Amin.

Selamat bertugas, bro. Kami bangga padamu. Semangat.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email